BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Friday, December 3, 2010

MAHASISWA UI DAN INDONESIA YANG "SEBENARNYA"


Ma’rifatul Amalia
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Ketika Tuhan memutuskan untuk menciptakan bumi, Dia pun menciptakan wilayah-wilayah yang pada akhirnya menjadi negara-negara pengisi peta dunia. Tuhan pun menciptakan negara yang indah, memesona, dan hampir sempurna. Dia memberikan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di negara tersebut. Belum lagi letaknya yang sangat strategis di belahan dunia sebelah timur, diapit dua samudera dan dua benua besar. Pulau-pulaunya ribuan dan di dalamnya dihuni manusia-manusia yang beragam karakter serta kebudayaannya. Sampai saat ini, orang-orang menyebut negara itu: Indonesia.
Indonesia pun menjadi negara yang potensial untuk menjadi “penguasa” dunia, ditinjau dari kondisi geografis dan segenap potensi yang dikandungnya. Namun, kesadaran-kesadaran seperti itu memang belum sempurna “mengena” di sanubari penghuninya. Masih banyak yang belum menyadari betapa Indonesia akan menjadi “negara besar” kelak. Apa bukti “kekurangsadaran” mereka?
Faktanya, berdasarkan Human Development Index (HDI), Indonesia hanya berada pada peringkat 111, bahkan dikalahkan oleh Palestina yang sampai saat ini masih berkonfrontasi dengan Israel. Dalam Political Economic Research Consultancy pun Indonesia hanya menempati posisi ke-16, sedangkan Singapura menduduki peringkat pertama padahal luas wilayahnya tidak lebih dari Jakarta. Ironisnya, angka Corruption Perseption Index Indonesia bercokol di 2,8 yang menunjukkan masih tingginya angka korupsi di negeri tercinta ini. Walhasil, predikat negara terkorup di wilayah Asia Pasifik pun “sukses” diraih Indonesia.
Dari data tersebut dapat diambil poin-poin penting, yakni: daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) masih lemah, ditambah lagi dengan mentalitas yang korup, nasionalisme yang kurang cerdas hingga terjadi perpecahan di pelosok-pelosok nusantara, radikalisme dan anarkisme yang bersifat destruktif bagi persatuan dan kesatuan Indonesia sendiri. Segala fenomena tersebut melanda hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia dalam berbagai tingkatan, mulai dari para pemangku jabatan hingga rakyat jelata yang masih pasrah menunggu keadaan. Langkah-langkah strategis pemerintah pun masih dilakukan dengan setengah hati. Akibatnya, penuntasan berbagai kasus, misalnya korupsi dan terorisme, masih terbilang “tebang-pilih” dan setengah-setengah sehingga setiap permasalahan cenderung “timbul-tenggelam”. Seminggu penuh menjadi headline indah menghiasi halaman pertama koran nasional, lalu seminggu kemudian sudah menghilang dan masyarakat pun melupakan kasus yang tak tuntas tersebut.
Sayangnya, belum ada niat yang maksimal dari pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan Indonesia secara menyeluruh dari akar hingga pucuk-pucuk daunnya. Politik yang berorientasi pada kekuasaan untuk selanjutnya menjadi batu loncatan memperkaya diri, masih kerap dilakukan. Negosiasi-negosiasi di hotel berbintang pun masih menjadi tradisi. Politik, ekonomi, dan hukum pun “diakali” dengan dalih untuk rakyat, padahal “pundi-pundinya” mengalir ke kantong para pemegang “oligarkhi berkaki tiga”. Hal ini berakibat belum maksimalnya pemenuhan kebutuhan komponen dasar pembangunan manusia, yakni: peluang hidup (longevity), akses terhadap pengetahuan (knowledge), dan standar hidup yang layak (decent living). Ujung-ujungnya, tingkat kepercayaan rakyat Indonesia pada pemerintah pun menurun. Pada Oktober 2010, hasil survei tingkat kepuasan masyarakat Indonesia pada SBY hanya 75%, menurun drastis daripada hasil survey pada Agustus 2009 yang masih “nongkrong” pada angka 90%.
Hasil survei tersebut cukup beralasan karena secara psikologis, rakyat Indonesia sudah mulai bosan menunggu realisasi janji-janji kampanye. Rakyat sudah lelah menghadapi permasalahan yang tak kunjung selesai, namun penanganannya lambat dan berujung pada hasil yang kurang memuaskan semua pihak. Emosi rakyat sudah memuncak dan tidak tertahankan. Pernyataan-pernyataan ketidakpuasan itu tercermin pada obrolan-obrolan masyarakat di warung-warung, perempatan jalan, hingga di berbagai lingkar diskusi mahasiswa maupun para pakar.
Beruntunglah, setelah Soeharto dengan “Orde Baru”-nya lengser dan Indonesia memasuki tahapan baru yakni reformasi, “kran-kran” penyampaian pendapat pun terbuka lebar sehingga pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan mengeluarkan pendapat, lebih optimal dalam aplikasinya di masyarakat. Berbagai media menyediakan ruangan khusus menampung opini dan pemikiran dari masyarakat, baik dari para ahli, mahasiswa, maupun kalangan masyarakat umum. Ekstremnya lagi, kemunculan internet berikut situs jejaring sosial yang diusungnya menjadi sebuah tren tersendiri. Saran, kritik, masukan-masukan yang ditujukan pada pemerintah sering disampaikan melalui facebook, twitter, blog, dan sejenisnya. Media-media tersebut juga menjadi wadah terbuka yang menampung segala keluhan masyarakat dan semua orang di Indonesia, bahkan di dunia, dapat menanggapinya dengan bebas. Kasus-kasus yang menjadi “topik utama” dalam dunia maya juga beragam. Mulai dari seputar isu-isu politik dan pemerintahan, sepak bola, hingga masalah rumah tangga pun dapat menjadi bahasan menarik antarindividu pengguna situs jejaring sosial. Uniknya lagi, karena hanya dilakukan di balik layar komputer, adakalanya orang-orang yang tidak pernah atau jarang menyuarakan pendapat di dunia nyata justru malah “cerewet” lewat tulisan-tulisan di dunia maya. Sarana online berpotensi sebagai gebrakan baru dalam dunia pergerakan mahasiswa dan masyarakat sebab dapat memberikan pengaruh pada massa.
Mendapati berbagai realita yang terjadi di Indonesia, timbullah suatu keprihatinan yang cukup mendalam. Kekuatan sebenarnya yang dimiliki Indonesia dapat membuat Indonesia melakukan hal lebih daripada pencapaian yang didapatinya sekarang. Pun masih ada waktu untuk memperbaiki dan membenahi Indonesia dari aspek mendasar, meskipun hal tersebut membutuhkan waktu cukup lama dan usaha yang tidak “sekadarnya”. Di sinilah mahasiswa mulai ambil peran. Melalui “predikat” yang disandangnya, secara tidak langsung mahasiswa juga menjadi agent of change, iron stock, dan moral force. Ketiga fungsi ini “hanya” bisa dijalankan oleh sekitar 2% dari jumlah penduduk Indonesia yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
Universitas Indonesia pun menjadi universitas terkemuka di Indonesia dan salah satu dari 200 perguruan tinggi top dunia. UI pun memiliki posisi strategis. Suara-suara mahasiswa UI yang kritis terhadap situasi politik dan pengambilan kebijakan publik sering dijadikan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan. Berbagai kegiatan mahasiswa UI yang berhubungan langsung dengan masyarakat pun menjadi sarana pengabdian masyarakat. Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi “pedoman” dalam setiap nafas kegiatan mahasiswa. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat pun menjadi kata-kata “pamungkas” yang mendasari setiap kegiatan dan idealisme mahasiswa.
Mahasiswa sebagai kalangan akademis dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi-nya, berupaya menginternalisasikan nasionalisme dalam diri. Kondisi Indonesia saat ini, dengan “kesuksesan-kesuksesannya” jangan hanya menjadikan generasi penerusnya “malu” mengakui Indonesia, namun harus menjadikan keyakinan bahwa “hal memalukan” ini harus diperbaiki. Mahasiswa memang tidak bisa secara langsung dan “gampang” mengubah kebijakan pemerintah demi rakyat, atau bahkan ikut serta “satu ruangan” dalam pengambilan kebijakan tersebut, namun paling tidak setiap pemikiran demi pemikiran mahasiswa dapat menginspirasi masyarakat dan juga pemerintah.
Untuk saat ini, mungkin kurang relevan jika mahasiswa “hanya” menjadikan aksi-aksi demonstrasi sebagai “cara tunggal” untuk memperjuangkan rakyat. Forum-forum diskusi yang memberikan rekomendasi pada pemerintah, perjuangan lewat rangkaian kata dalam media massa, perjuangan tak kenal lelah seorang relawan pengabdian masyarakat, hal-hal tersebut pun menjadi sarana untuk memperbaiki Indonesia. Aksi “turun ke jalan” menjadi opsi terakhir jika pemerintah sudah “tuli” akan suara-suara di media.
Indonesia yang dulu, sekarang, bahkan Indonesia di masa mendatang pun membutuhkan mahasiswa-mahasiswa, segelintir orang-orang terbaik yang mampu membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan non-konvensional. Imperialisme modern berupa tekanan-tekanan ekonomi, politik, hukum, menjadi musuh riil yang harus segera disadari oleh setiap elemen masyarakat Indonesia, apapun peran dan jabatan mereka. Di antara ancaman eksternal yang menderu-deru Indonesia disertai “kebobrokan” internal pemerintah yang masih “egois” dengan dirinya, bangsa Indonesia merindukan sosok-sosok inspiratif yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, “turun tangan” memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan keteguhan idealisme yang dimilikinya.
Mahasiswa UI dengan segala kelebihannya, mahasiswa UI dengan segala idealisme yang mulai terbangun saat menduduki bangku kuliah, merupakan sebagian kecil dari unsur pembangun bangsa. Kerinduan dan keyakinan Indonesia akan lahirnya para “angkatan pejuang baru” pun ibarat pupuk yang memberikan harapan, Indonesia yang lebih baik. Kesadaran-kesadaran inipun perlu ditumbuhkembangkan di kalangan mahasiswa. Melalui berbagai diskusi dan obrolan santai, hendaknya satu dari setiap mahasiswa yang “sadar diri dan tanggung jawab bangsa” mampu menularkan semangat ini pada kawan-kawannya. Dengan demikian, mahasiswa tidak berjuang secara individu, akan tetapi secara kolektif membangun Indonesia.

Kerinduan dan penantian sebuah bangsa pada mahasiswanya Selengkapnya...

Friday, May 14, 2010

MENAKLUKKAN TAKUT

Sahabat..
Beranjaklah dari tempatmu
Jangan kau diam saja
Roda itu berputar terus

Sahabat..
Aq punya cerita..
Tentang aq..

NamaQ Lia
Aq dilahirkan sederhana
Dari bapak dan ibu yang bekerja seadanya
Tapi mereka mendidikQ luar biasa

Aq sekolah di samping rumah
Sebuah madrasah
Tiap pagi aq ke sekolah
Menyapa tetangga dengan ramah

Enam tahun berlalu
Lulus pun menunggu waktu
Hingga akhirnya pencapaian membawaQ

Aq masuk sebuah SMP Negeri
Awalnya aq ngeri
Anaknya pinter-pinter, keluaran SD Negeri
Tapi aq tak mau iri

Aq terus belajar dan berdoa
Aq disuruh ikut lomba rupa-rupa
Hingga aq sering keluar kota

Aq pun mulai menabung
Dari hadiah jika aq beruntung
Dapat HP sudah untung

Lulus SMP dengan bangga
Tak kalah dengan teman-teman sesama
Aq pun bingung mencari SMA
Bapak-ibu sedang tak ada dana

Aq pergi ke rumah saudara
Berharap rezeki Allah di sana
SaudaraQ tersenyum dan berkata,
“Sekolahmu aq yang dana”

Inilah aq di SMA
SMA di kota
Aq mendaftar dengan bangga sebagai keluaran desa
Berjanji pada bapak dan ibu, akan berprestasi di sana
Tiga tahun berlalu
Perjuangan keras tanpa ragu
TakutQ tak bendung langkahQ

TemanQ anak-anak kota
Cantik tampan nan kaya-kaya
Orang tuanya punya mobil dan Honda
Sedangkan aq naik sepeda pun tak bisa

Uang didapat dengan mudahnya
ATM sudah ada
Tunai pun tersedia
Kehidupan yang serba sempurna
Kelihatannya..

Aq tak mau minder
Tak mau ngiler
Lihat mereka makan burger
Tak mau keblinger
Lihat mereka pake Acer

Aq ya ini, Lia..
Aq sekolah dan cari uang sekadarnya
Nulis di majalah lokal kota
Buat nambah tabungan, pengalaman jua

Terus aq melatih diri
Untuk hidup mandiri
Melatih keterampilan mengasah potensi
Mematangkan jati diri

Sejarah hingga biologi
Teater hingga ekskul rohani
Semuanya Qtekuni

Jurnalistik tak pernah tinggal
Organisasi tak pernah tanggal
Aq belajar banyak hal
Bertemu berbagai ihwal

Bangun koneksi tak Qlupakan
Jejaring sosial beri bantuan

Kembali bertemu teman lama
Berbagi cerita sembari nostalgia
Banyak pencapaian di antara mereka
Motivasi pun bertambah seketika

Dari tiap kota
Aq selalu bawa bahagia
Banyak pengalamn itu Qsuka

Pernah aq dapat BlackBerry
Terpaksa Qjual ke saudara sendiri
Untuk mengisi tabungan di BNI
Sekaligus menutupi kebutuhan diri

Akhir tahun pendidikan
Iri aq lihat teman-teman
Semua bingung mikir kuliahan
Aq termenung sendirian
Tuhan, berikan aq kesempatan

Namun hatiQ berkata,
“Aq pasti bisa!”

Tak mungkin aq bergantung terus pada saudara
Aq harus mulai hidup mandiri dengan semangat baja
Menaklukkan ketakutan yang kian bersarang dalam dada

Lalu aq disuruh ikut PMDK
Aq daftar di BK

Tak terbayang tawaran itu datang
Qsambut dengan dada yang lapang
Qurus semua berkas dengan riang
Pengharapan itu kembali menjelang

Aq yakin ini jalan terbaik
Dari Allah Yang Mahabaik

Qmantapkan hati
Melangkah dengan pasti
Menjemput mimpi
Ikhtiar pun jadi santapan hari

UI pun teraih...

Insya Allah tak hanya mimpi
Beasiswa pun Qdapati
Hanya kepada Allah segala puja-puji

Aq pun pulang
Bapak dan ibu menyambut dan memelukQ dengan sayang
Aq menangis riang

Kini...
Aq menghitung hari..
Tak sabar hati ini
Menuju kota merih mimpi

Jakarta kota kota idaman
Bisakah Qtaklukkan????????????

Mei 2010 Selengkapnya...

Thursday, May 13, 2010

LIBURAN PANJAAAANG,, NGAPAIN YAA???

Haii Guys,,

Lagi bosen liburan panjaaaang di rumah sampe nunggu aktivitas kuliah??

Nee ada beberapa catetan yang mungkin bisa dijadikan refernsi ngisi waktu senggang::

BLOGGING:: Seruu juga buat nyalurin kreativitas menulis, desain, buat curhat, misuh (peace!!! :D), coret2,,, daripada bengong di depan komputer (paling mentok FB-an) lebih baik ngisi2 blog. Hohohooo.. Lumayan kan??? Sapa tau bisa kayak Gola Gong atau Raditya Dika

TRAVELLING:: Nee gak kalah seruu, cuma yaa ituuu.. Modalnya gak sedikit. Cocok dilakukan bareng teman2 yang juga jadi pengangguran di rumah. Biasanya ada yang suka backpacking-an, boleh juga tuuchhh!!!
Kunjungi aja kota2 baru yang bisa bikin nambah pengalaman,, atau berwisata ke wisata alami yang gak kalah menarik. Heheheeee..

DOING SOCIAL ACTIVITIES:: Beramal sambil liburan tepatnya.. Bisa dilakukan di panti asuhan, panti jompo, PMI, atau ngadaian bakti sosial di kampung. Asiik bgt kan??

BIKIN KLIPING:: Nambah ilmu, nambah koleksi bacaan, nambah kerjaan juga. Heheheee. Tapi bermanfaat lho.. Bisa dijadikan sumber ide klo ntar mau nulis2 atau mau bikin skripsi (???) Klo pengen murah,, ada triknya::: kertasnya minta temen, korannya “ngemis” di tetangga atau di perpus, lem 'n guntingnya minta ortu. Kocek tetep tebell.. Kliping tebell...!!!

OUTBOND:: Ada banyak tempat outbond yang bisa dijadikan ajang “pelampiasan”.. Salah satunya di Kaliandra, Prigen, Pasuruan,, deket2nya Malang gituuu dee... Klo pengen hemat,, bikin putbond sendiri aja.. Pake rafia, selang, bak plasti, terus ngambil games2 dari buku2.. Bolehhh juga...!!!

CIPTAIN LAGU:: Yaach .. Lagi boring, malez ngapa2in, ehh.. Keinget si dia!! Bikin lagu aja.. Sambil ngebayangin nee lagu bakal dilirik produser. MMMmmmm... Bisa jadi artis nich!!

CHATTING:: Nee klo mentok gak ada kerjaan. Dengerin musik, sambil tiduran, buka BBM ato YM ato mig33 atao apapun jujaaa, onlen dee.. Enaknya sambil ada cemilan. Hohohooo.. Nikmatnya duniaa!!!

Naahh, jadi anak muda kudu kreatif. Walaupun kere .. Tetep aktif!!! Tenang aja,, ada banyak jalan murah 'n menyenangkan buat ngisi liburan panjaaaaaang km!! :D Selengkapnya...

TENTANG SEBUAH HATI MANUSIA

Ini adalah sedikit rangkuman pengajian di Masjid Darussalam hari Ahad, 9 Mei 2010...
Tentang topik yang menarik,, HATI



Di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah yang jika ia baik maka baiklah manusia itu,, dan jika ia buruk ma bhuruklah manusia itu...
Segumpal darah itu adalah HATI ...

Ada lima hal yang membuat hati menjadi keras bagaikan batu.
Lima hal tersebut adalah::
1.Tidak pernah berdzikir
2.Malas beribadah
3.Dosa dan maksiat
4.Cinta dunia
5.Penyakit-penyakit hati

Pertama, tidak pernah berdzikir. Tahukah Anda, bahwa ternyata dari setiap Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah,,, itu memiliki makna yang sangat kuat. Tidak hanya arti secara harfiah, tetapi juga makna yang sangat jauh jika lafadz2 itu benar2 diresapi di dalam hati.
Satu contoh, Subhanallah, Mahasuci Allah.. Allah memang Mahasuci dan kesucian-Nya sudah ada sejak dahulu,, sebelum Qta dilahirkan, bahkan sebelum dunia dan segala isinya diciptakan. Kesucian Allah tidak akan bertambah jika Qta menyucikan-Nya dan tidak pula berkurang jika Qta tidak menyucikan-Nya. Itu karena Dia benar-benar kesucian yang sempurna.
Lantas, apa maksud Allah memerintahkan Qta untuk berdzikir dengan Subhanallah???
Ternyata, setelah ditelusuri, makna Subhanallah jika Qta resapi dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan hikmah yang luar biasa, yakni:: menjadikan diri termotivasi untuk senantiasa menjaga kesucian baik kesucian lahir maupun kesucian batin..
Contoh lain adalah kata Alhamdulillah, mengucapkannya tidak hanya sekadar bersyukur kepada Allah, tetapi juga menyadarkan Qta bahawa hanya kepada Allah segala puji Qta haturkan. HanyaAllah yang pantas disanjung dan dipuji sedemikian rupa sehingga tidak pantas apabila manusia tumbuh menjadi sosok-sosok yang gila pujian..
Hati yang malas berdzikir, tidak akan pernah mendapatkan “pencerahan” dari Allah. Dzikir ibarat lampu penerang di antara kegelapan hati manusia.
Dzikir yang menerangi adalah dzikir yang diucapkan dengan lisan, dzikir dengan pikiran, dan dzikir dengan hati.. Ketiganya adalah suplemen ampuh untuk menjaga hati Qta.

Kedua, malas beribadah. Ibadah akan mendekatkan Qta kepada Allah. Dengan kata lain, hati yang malas beribadah akan semakin jauh dari cahaya Allah. Perbanyaklah beribadah, ibadah yang dilandasi dengan keikhlasan untuk Allah semata.

Ketiga, dosa dan maksiat. Hati itu ibarat cermin. Cermin datar yang jujur. Hati pun jujur, ia tidak pernah mau diajak berbohong atau melakukan maksiat.. Hati adalah cermin diri yang bersih. Sedangkan dosa dan maksiat ialah titik-titik atau noda-noda yang hitam yang kian lama kian menutupi hati. Jika pada akhirnya hati tertutupi oleh kotoran2 maksiat, maka ia tidak akan lagi mampu membedakan yang hak dan yang batil, yang baik dan yang dzalim. Noda-noda maksiat tidak boleh dibiarkan menempel di dalam hati Qta, agar kelak tidak dapat menutupi nuur dari Allah.

Keempat, cinta dunia dan melupakan akhirat. Ini merupakan perilaku tercela yang lebih mementingkan kehidupan dunia dan sama sekali mengbaikan kepentingan akhirat. Padahal Rasulullah Muhammad SAW telah menyatakan bahwa “Bekerja keraslah kamu di dunia seakan-akan kamu akan hidup selamanya; dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan kamu akan mati besok!”
Sebuah petunjuk yang riil untuk menjaga keseimbangan dunia dan akhirat. Hati yang cinta berlebihan terhadap dunia,, akan dibutakan oleh silaunya materialisme dan hedonisme, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dunia, maka hatinya telah benar-benar kotor dan terjerembab dalam kubangan dosa. Naudzubillah!!

Terakhir, penyakit-penyakit hati.. Ada banyak macam penyakit hati, antara lain:: sombong, angkuh, suka menyalahkan, dan yang paling berbahaya adalah penyakit iri dan dengki.. Hati yang sudah iri, hati yang sudah dengki, ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dengan segala upaya. Hati yang iri itu ibarat api yang membakar habis kayu-kayu kebaikan yang telah diamalkan selam ini. Sia-sia saja hidupnya..

Melalui tulisan singkat ini, penulis ingin mengajak kepada Saudara-saudaraQ untuk menjaga hati, menjaga kesucian hati agar cahaya Allah dapat menghampiri Qta semua. Amin.. Selengkapnya...

Wednesday, April 14, 2010

KISAH TINTA MERAH

Aq menulis tinta merah penuh pengharapan
Sang kekasih memandang dari kejauhan
Sayup mata sesayup suasana

Aq menulis tinta merah penuh pengharapan
Pelangi yang memucat mati
Akankah hidup kembali?

Aq menulis tinta merah penuh pengharapan
Sang kekasih mengambil sayap dari gunung
Tertegun

Aq menulis tinta merah penuh pengharapan
Ohh!!
Patah
Habis
Mana isinya?
Mana?
Manaaaa!!!

Aq tak bisa menulis lagi
Tinta merah itu..
Sirna Selengkapnya...

STRATEGI REFORMASI MENGOKOHKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri atas beragam suku, ras, agama, dan budaya. Segala kemajemukan tersebut disatukan dalam satu tekad bertanah air, berbangsa, dan bernegara, yakni Indonesia. Bahasa Indonesia pun menjadi salah satu simbol perekat keanekaragaman tersebut. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan Indonesia.
Bahasa Indonesia pun menjadi identitas kebanggaan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mempersatukan beragam bahasa daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang universal di Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar ejaan dan penulisannya, merupakan tuntutan bagi seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali generasi muda. Hal ini merupakan perwujudan rasa cinta tanah air dan kebanggaan akan ciri khas bangsa tercinta.
Namun, bagaimanakah nasib penggunaan bahasa Indonesia saat ini, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia?
Di tengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi, bahasa Indonesia tetap bertahan. Maraknya penggunaan bahasa asing secara tidak langsung melunturkan kesadaran generasi muda Indonesia untuk menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia dianggap remeh, dianggap hal yang mudah dan sepele. Penerapannya pun sungguh sudah jauh dari aturan yang berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Suatu realita yang tidak dapat dipungkiri, generasi muda Indonesia saat ini sering tidak memperhatikan bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari maupun dalam tulisan mereka. Mereka lebih bangga menggunakan kata elo dan gue dalam berbicara. Bahasa yang digunakan dalam tulisan pun banyak yang menyalahi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Misalnya, saat menulis kata “di rumah”, banyak pelajar yang menulis dengan “dirumah” yakni kata “di” ikut dirangkai. Padahal, aturan penulisan yang benar adalah penulisan kata “di” harus dipisah. Penggunaan huruf cetak miring untuk istilah, huruf kapital, sudah jarang diperhatikan oleh generasi muda Indonesia. Ironis sekali! Bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi lambang persatuan dan kebanggaan, justru menjadi simbol yang tersia-siakan.
Saat ini, minat pelajar Indonesia untuk memperdalam pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pun masih sangat kurang. Terbukti dari keaktifan mereka saat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia maupun kurangnya kesediaan mempelajari EYD. Umumnya, para pelajar tersebut tak acuh saja dengan bahasa yang mereka gunakan. Inilah yang menyebabkan kemampuan pelajar Indonesia dalam berbahasa Indonesia masih kurang baik.
Arus globalisasi turut membawa dampak negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia, terbukti dari berbagai sajian di media massa. Berbagai tayangan sinetron dan entertainment dengan bahasa gado-gado justru menjadi contoh yang buruk, menjadi tuntunan yang menyesatkan bagi generasi muda Indonesia. Generasi muda Indonesia lebih bangga dengan bahasa asing, bahasa gaul yang dianggap modern. Mereka tidak menyadari bahwa bahasa Indonesia merupakan kebanggaan dan identitas Indonesia yang harus senantiasa dipelihara.
Mengapa bahasa Indonesia dijadikan “anak tiri” di negeri sendiri? Padahal di Australia, bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran bahasa asing pilihan yang digemari oleh pelajar di sana. Akankah ini terus-menerus terjadi?
Inilah saatnya reformasi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan generasi muda. Tanggung jawab generasi muda Indonesia mengembalikan kiprah bahasa Indonesia untuk meningkatkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Tanggung jawab generasi muda mengembalikan kejayaan bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi yang kian menghantam bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia harus bangkit kembali!
Pertanyaannya, bagaimanakah strategi reformasi untuk mengokohkan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
Ada tiga strategi yang efektif dalam upaya pengokohan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan Indonesia.
Pertama, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemauan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari harus berawal dari kesadaran. Ada berbagai cara untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda Indonesia, antara lain melalui berbagai lomba seperti lomba menulis artikel, lomba majalah dinding, lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI), dan lain-lain. Selain itu, menayangkan program televisi berkualitas berbasis bahasa Indonesia yang baku juga dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda Indonesia.
Peran serta keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah juga harus ditingkatkan. Dimulai dari lingkungan keluarga, pembiasaan secara dini untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari akan memupuk kesadaran generasi muda dalam berbahasa Indonesia. Melalui tugas sekolah dan program pembiasaan bahasa Indonesia yang baku, sekolah dapat berperan serta membangun kesadaran siswa. Hal ini juga harus ditunjang dengan tindakan aktif masyarakat dan pemerintah, antara lain melalui penyelenggaraan seminar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda Indonesia akan penggunaan bahasa Indonesia.
Kedua, meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda Indonesia. Kecintaan akan bahasa Indonesia berpangkal pada rasa nasionalisme yang dimiliki oleh para generasi muda Indonesia. Mengapa demikian? Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan seperti yang telah diikrarkan oleh pemuda Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yakni “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Rasa nasionalisme yang tinggi secara tidak langsung akan menuntun generasi muda untuk mencintai, dan selanjutnya menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan minat dalam mempelajari bahasa Indonesia adalah suasana belajar. Suasana belajar yang menyenangkan harus diciptakan melalui berbagai cara, antara lain: pembelajaran di luar ruangan (out door), pembelajaran berbasis media (misalnya: film, musik), atau variasi permainan yang fun namun “mengena”.
Keempat, memupuk kebanggaan dengan memperkenalkan bahasa Indonesia di dunia internasional. Kegiatan pertukaran pelajar menjadi salah satu sarana “mempromosikan” keindahan bahasa Indonesia di mata dunia. Melalui berbagai ajang pertemuan luar negeri, bahasa Indonesia “dipamerkan” sebagai identitas bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah kebanggaan. Tidak pantas jika generasi muda, pemilik bahasa Indonesia, malu menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia timbul untuk mempersatukan bangsa. Bahasa Indonesia adalah wujud tekad dan semangat untuk meningkatkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Untuk itu, generasi muda menjadi tonggak untuk kembali mengokohkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Satukan tekad, satukan niat, bahasa Indonesia berjaya!



Kami tulis dengan hati kami untuk Indonesia dan bahasa Indonesia Selengkapnya...

CONVERSATION TASK

Latifa Nurrachma Pradany (15)/ Ma’rifatul Amalia (19)/ XII IPA 6
Situation:
(After flag ceremony, all of IPA 6 students go to the class and talks each others.
Lia and Dany discussing their plan to continue their study at university)

Lia : Dany, have you gotten a university?
Would you like to join PMDK?
Dany : I haven’t gotten a university. But I’ve already join to PBUTM UGM.
I wish I could be accepted there. Please pray for me.
And how about you?
Lia : I have been accepted in UI I have joined.
Alhamdulillah.. PPKB ways,,
Dany : Really? Congratulations!
Lia : Thank you. By the way, do you have another test in other university?
Or you have been sured to be accepted in UGM?
Dany : Of course I’m really sure ever 100%. We should have positive thinking, Gals!
Lia : Okay,, good expectation!
I hope the best for you. And how about your ITB test?
Would you like to continue it?
Dany : Yes, of course. ITB is my first target. I really try to be accepted there.
Lia : So, have you prepared to study for it? I hear that ITB test is very complicated and has several requirements and steps.
Dany : I have completed all of the requirements offer. Now, my task is to do the test well and be a student of ITB! Hahaha…
Lia : Okay.. Okay..
You are very confident. It is good for your future, Dany! Keep your spirit!
Dany : Yes, I hope so.
By the way, what are you going to do before starting your study at UI?
Lia : Maybe, I will take an accounting course. It is useful for my base study. As you know, I haven’t gotten this material in our class, right?
Dany : Yeah, I think it is better if you take a course of accounting program.
Lia : And how about your plan, Friend?
Dany : Lately, I just prepare everything to be accepted in ITB and UAN.
I don’t have more time,,
Lia : Yes, the time gone quickly. We will going to be university students.
I hope all of us can be accepted in each favorite university and develop our capability there.
Dany : Amin, yaa rabbal ‘alamin..

(The bell is ringing. Dany and Lia have to finish their talking and join the first class) Selengkapnya...