BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Tuesday, April 13, 2010

MENUJU MASA DEPAN AGROINDUSTRI JAGUNG INDONESIA

Jagung di Indonesia
Indonesia merupakan negara agraris. Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia, baik tanaman pangan seperti: padi, jagung, kedelai dan kacang-kacangan, ubi-ubian, maupun berbagai jenis tanaman holtikultura. Hasil pertanian tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri serta sebagai salah satu komoditas ekspor. Melimpahnya hasil pertanian Indonesia membuat Indonesia pernah menjadi negara berswasembada beras. Gelar tersebut diberikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Dewasa ini, seiring dengan berjalannya waktu yang diimbangi dengan pertambahan jumlah penduduk, menggantungkan hidup pada salah satu jenis makanan pokok dirasakan kurang tepat lagi. Seorang pakar mengatakan bahwa saat ini pertambahan jumlah penduduk sesuai dengan deret ukur (2,4,8,16, dan seterusnya), namun pertambahan jumlah tanaman pangan hanya berdasarkan deret hitung (1,2,3,4, dan seterusnya). Ini merupakan salah satu masalah serius bagi bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu tanaman yang “satu suku” dengan padi, jagung (Zea mays) termasuk bahan makanan pokok andalan Indonesia dengan kandungan gizi yang sebanding dengan beras. Di beberapa daerah seperti: Madura, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, jagung bahkan menjadi bahan makanan pokok.
Produk hasil pengolahan jagung tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan pokok. Jagung juga turut menjadi kebutuhan utama dalam peternakan, khususnya peternakan ayam. Porsi jagung pada pakan ayam mencapai 50% hingga 60%. Berkat kemajuan teknologi dan perkembangan selera masyarakat, jagung bahkan sudah “merambah” perindustrian baik itu industri minuman, makanan ringan seperti pop corn, hingga industri pembuatan biofuel atau bahan bakar biologis. Kebutuhan akan jagung yang meningkat pesat ini memberikan tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman jagung.
Sebenarnya, tidak sulit bagi Indonesia untuk mengembangkan jagung sebagai basis agroindustri Indonesia. Mengapa demikian? Indonesia masih memiliki banyak lahan pertanian, terutama di luar Jawa, yang memungkinkan untuk diolah dan dikembangkan menjadi lahan pertanian jagung.
Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Republik Indonesia, provinsi yang menjadi sentra jagung di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Produktivitas jagung di Jawa Barat dan Sumatera Barat mencapai lebih dari 50 kuintal per hektar. Sedangkan produktivitas jagung di atas 40 kuintal per hektar terjadi di delapan provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Gorontalo, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Perkiraan luas panen jagung di provinsi sentra pada periode Januari hingga April 2009 mencapai 2.293.799 hektar, dan perkiraan produksi jagung di provinsi sentra periode yang sama mencapai 9.009.586 ton. Pada tahun 2009, Deptan memperkirakan total produksi jagung di Indonesia diharapkan mencapai 18 juta ton.

Pengembangan Agroindustri Jagung di Indonesia
Ada berbagai upaya untuk merealisasikan mimpi Indonesia tentang peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman jagung. Mengembangkan agroindustri jagung untuk menciptakan stabilitas pangan nasional dan stabilitas perekonomian bangsa.

1.Diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi pertanian jagung
Diversifikasi pertanian adalah upaya mengarahkan agroindustri jagung dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya tersebut. Diversifikasi juga bertujuan memperluas spektrum pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan sistem agroindustri.
Intensifikasi pertanian merupakan usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja dan sumber daya alam serta upaya peningkatan keunggulan daya saing dengan efisiensi penerapan IPTEK dan sarana produksi. Sedangkan Fatchurrozi dalam artikelnya yang berjudul Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian Perspektif Islam menyebutkan bahwa intensifikasi pertanian ialah peningkatan produksi pertanian dengan optimalisasi pemakaian obat-obatan, penyebarluasan teknik-teknik modern di kalangan para petani dan membantu pengadaan benih serta budidayanya. Terkait hal tersebut, Badan Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah mengadakan berbagai penelitian dan menghasilkan jagung bervarietas unggul. Pengembangan varietas komposit yang toleran lahan masam seperti Sukmaraga dan tahan kekeringan seperti Lamuru dan Anoman-1. Ketiga varietas ini mempunyai potensi hasil 8,0 ton per hektar.
Data dari tabloid Sinar Tani menyebutkan bahwa sampai saat ini, Balitsereal telah melepas varietas hibrida sebanyak enam varietas yang parenstoknya tersedia di Balitsereal. Keenam varietas ini mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi dengan harga relatif lebih rendah. Varietas Bima-2 Bantimurung, Bima-3Bantimurung, Bima-4, Bima-5, dan Bima-6 telah dilesensikan ke perusahaan swasta dalam negeri, sedangkan Bima-1 bekerja sama dengan kelompok tani atau pemda.
Dalam hal pemupukan, saat ini pemupukan urea pada tingkat petani di beberapa tempat seperti di Gowa dan Takalar (Sulawesi Selatan) dan Kediri (Jawa Timur) sudah berlebih dan tidak efisien lagi, yaitu sekitar 750 kg per hektar. Balitsereal telah mengembangkan metode pemupukan N (urea) yang dapat menghemat 30 - 50% pupuk urea serta mudah diterapkan petani, yaitu penggunaan Bagan Warna Daun (BWD).
Prinsip penggunaan BWD adalah memberi nilai skala 2-5 dari penampilan warna kuning-hijaunya daun tanaman.
Berbagai upaya ini masih perlu ditingkatkan seiring dengan cita-cita Indonesia menciptakan stabilitas pangan nasional melalui jagung. Intensifikasi pertanian secara maksimal tidak hanya akan meningkatkan jumlah panen jagung, melainkan juga memperbaiki mutu hasil panen tersebut.
Ekstensifikasi pertanian dilakukan melalui peningkatan luas areal tanam atau luas lahan agroindustri. Sedangkan rehabilitasi sumber daya pertanian diarahkan untuk memulihkan produktivitas sumber daya alam dan prasarana pertanian.
Secara teori, keempat upaya tersebut bukan hal baru bagi kalangan petani Indonesia. Hanya saja, masih perlu dioptimalkan lagi dalam aplikasinya.

2.Inovasi produk baru hasil pengolahan jagung
Kalau belasan tahun yang lalu masyarakat Indonesia hanya mengenal nasi jagung, jagung rebus, jagung bakar, dan berondong jagung sederhana, tidak demikian halnya sekarang. Perkembangan globalisasi yang didukung berbagai hasil penelitian tentang kandungan gizi yang terdapat dalam jagung membangkitkan “greget” penduduk untuk menciptakan inovasi baru produk hasil pertanian tanaman jagung. Pop corn yang kerap dinikmati sambil menonton film merupakan salah satu inovasi pengolahan produk jagung, pengembangan dari berondong jagung sederhana. Bahkan saat ini juga telah diciptakan produk baru yaitu mi jagung. Hampir sama dengan mi dari tepung terigu, mi jagung justru tidak perlu menggunakan zat pewarna sehingga keamanan konsumsinya terjaga. Akankah ditemui susu jagung atau bakso jagung???
Salah satu manfaat inovasi produk baru hasil pengolahan jagung adalah meningkatkan harga jual jagung, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk.



3.Pengembangan bioteknologi dalam agroindustri jagung
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang sains menuntun masyarakat dunia menuju kehidupan yang lebih mudah dan lebih praktis dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pertanian. Ditemukannya teknologi rekayasa genetika sebagai salah satu cabang bioteknologi dalam bidang pertanian, ternyata mampu menghasilkan berbagai peningkatan. Pengadaan benih seperti yang sudah disampaikan, juga berkat adanya teknik rekayasa genetika.
Jagung RR adalah salah satu varietas jagung hasil bioteknologi. Jagung RR (Roundup Ready) adalah jagung hibrida yang
bersifat toleran terhadap herbisida glyphosate. Teknologi ini mempermudah pengendalian gulma
sehingga mengurangi biaya pengolahan lahan. Ada pula jagung berprotein tinggi (QPM), yakni jagung yang memiliki kandungan asam amino lisin dan triptofan lebih tinggi dibandingkan jagung biasa. Asam amino lisin dan triptofan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak balita. Balitsereal telah melepas dua varietas yang kandungan asam aminonya dua kali lebih tinggi dibanding jagung biasa, yaitu: Srikandi Putih-1 dan Srikandi Kuning-1.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam bioteknologi pertanian adalah adanya kemungkinan terdapat zat penyebab alergi dalam tanaman tersebut.

4.Kesejahteraan petani jagung
Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tanaman jagung tentu tiada artinya jika tidak dibarengi dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani jagung. Hal ini bisa dimulai dengan menyeimbangkan harga jagung dari petani, distributor, hingga sampai ke tangan konsumen. Pemerintah memegang peran penting dalam pengendalian harga ini. Pengadaan subsidi pertanian juga perlu dilakukan untuk membantu petani memaksimalkan usahanya.
Sebenarnya, ada lembaga atau badan yang selayaknya dapat membantu petani. Lembaga tersebut adalah koperasi petani. Bantuan diberikan dalam wujud modal awal serta pembelian bibit, pupuk, dan obat pemberantas hama dengan harga yang lebih murah di koperasi. Di samping itu, koperasi dapat menjadi “distributor terpercaya” atas hasil panen jagung. Melalui koperasi, kesejahteraan petani jagung akan meningkat. Pembangunan koperasi ini memerlukan kerja sama antara pemerintah, petani, dan masyarakat umumnya. Meningkatnya kesejahteraan petani tentu akan meningkatkan pendapatan nasional Indonesia.
Upaya pengembangan agroindustri tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.
BAGAN
UPAYA PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAGUNG
DI INDONESIA

















Tidak hanya sebagai bahan pangan pokok guna menjaga stabilitas pangan nasional, jagung juga diharapkan menjadi agen agroindustri yang mampu menjaga stabilitas perekonomian bangsa.

Jagungmu, jagungku, jagung Indonesia!


‘Kutulis dengan hatiku untuk pertanian Indonesia
PUSTAKA

. . Inovasi Teknologi Jagung—Kunci Peningkatan Efisiensi Usaha Tani, Kualitas Hasil, dan Diversifikasi Pangan. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.sinartani.com

. . Permintaan Jagung Sangat Dinamis, Polanya Berubah. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.sinartani.com

. . Pertanian. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.jawatengah.go.id

. 2008. Mengandalkan Hibrida-Menggapai Transgenik. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari  http://www.agrina-online.com

. 2008. Pasokan Jagung Untuk Pakan Ternak Aman. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://gopanindonesia.com

. 2009. Perkiraan Ketersediaan Jagung 2009. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.poultryindonesia.com

Fatchurrozi. 2008. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian Perspektif Islam. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari Google search

Kristanto, Adhi . . Teknologi Pasapanen Untuk Peningkatan Mutu Jagung. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.tanindo.com

Mangdesk. 2009. Tugas Budidaya Jagung dan Sorgum. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://www.blogcatalog.com

Siagian, Bezalel. 2009. Masalah Pangan Transgenik di Indonesia. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://hariansib.com

Webmaster. 2008. Produktivitas Meningkat, Indonesia Siap Jadi Net-Eksportir Jagung. Diakses pada 22 Oktober 2009 dari http://antonapriyantono.com

0 comments: