BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Wednesday, April 14, 2010

STRATEGI REFORMASI MENGOKOHKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri atas beragam suku, ras, agama, dan budaya. Segala kemajemukan tersebut disatukan dalam satu tekad bertanah air, berbangsa, dan bernegara, yakni Indonesia. Bahasa Indonesia pun menjadi salah satu simbol perekat keanekaragaman tersebut. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan Indonesia.
Bahasa Indonesia pun menjadi identitas kebanggaan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia mempersatukan beragam bahasa daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang universal di Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar ejaan dan penulisannya, merupakan tuntutan bagi seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali generasi muda. Hal ini merupakan perwujudan rasa cinta tanah air dan kebanggaan akan ciri khas bangsa tercinta.
Namun, bagaimanakah nasib penggunaan bahasa Indonesia saat ini, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia?
Di tengah kemajuan teknologi dan arus globalisasi, bahasa Indonesia tetap bertahan. Maraknya penggunaan bahasa asing secara tidak langsung melunturkan kesadaran generasi muda Indonesia untuk menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia dianggap remeh, dianggap hal yang mudah dan sepele. Penerapannya pun sungguh sudah jauh dari aturan yang berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Suatu realita yang tidak dapat dipungkiri, generasi muda Indonesia saat ini sering tidak memperhatikan bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari maupun dalam tulisan mereka. Mereka lebih bangga menggunakan kata elo dan gue dalam berbicara. Bahasa yang digunakan dalam tulisan pun banyak yang menyalahi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Misalnya, saat menulis kata “di rumah”, banyak pelajar yang menulis dengan “dirumah” yakni kata “di” ikut dirangkai. Padahal, aturan penulisan yang benar adalah penulisan kata “di” harus dipisah. Penggunaan huruf cetak miring untuk istilah, huruf kapital, sudah jarang diperhatikan oleh generasi muda Indonesia. Ironis sekali! Bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi lambang persatuan dan kebanggaan, justru menjadi simbol yang tersia-siakan.
Saat ini, minat pelajar Indonesia untuk memperdalam pengetahuan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pun masih sangat kurang. Terbukti dari keaktifan mereka saat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia maupun kurangnya kesediaan mempelajari EYD. Umumnya, para pelajar tersebut tak acuh saja dengan bahasa yang mereka gunakan. Inilah yang menyebabkan kemampuan pelajar Indonesia dalam berbahasa Indonesia masih kurang baik.
Arus globalisasi turut membawa dampak negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia, terbukti dari berbagai sajian di media massa. Berbagai tayangan sinetron dan entertainment dengan bahasa gado-gado justru menjadi contoh yang buruk, menjadi tuntunan yang menyesatkan bagi generasi muda Indonesia. Generasi muda Indonesia lebih bangga dengan bahasa asing, bahasa gaul yang dianggap modern. Mereka tidak menyadari bahwa bahasa Indonesia merupakan kebanggaan dan identitas Indonesia yang harus senantiasa dipelihara.
Mengapa bahasa Indonesia dijadikan “anak tiri” di negeri sendiri? Padahal di Australia, bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran bahasa asing pilihan yang digemari oleh pelajar di sana. Akankah ini terus-menerus terjadi?
Inilah saatnya reformasi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan generasi muda. Tanggung jawab generasi muda Indonesia mengembalikan kiprah bahasa Indonesia untuk meningkatkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Tanggung jawab generasi muda mengembalikan kejayaan bahasa Indonesia di tengah arus globalisasi yang kian menghantam bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia harus bangkit kembali!
Pertanyaannya, bagaimanakah strategi reformasi untuk mengokohkan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
Ada tiga strategi yang efektif dalam upaya pengokohan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan Indonesia.
Pertama, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemauan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari harus berawal dari kesadaran. Ada berbagai cara untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda Indonesia, antara lain melalui berbagai lomba seperti lomba menulis artikel, lomba majalah dinding, lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI), dan lain-lain. Selain itu, menayangkan program televisi berkualitas berbasis bahasa Indonesia yang baku juga dapat menumbuhkan kesadaran generasi muda Indonesia.
Peran serta keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah juga harus ditingkatkan. Dimulai dari lingkungan keluarga, pembiasaan secara dini untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari akan memupuk kesadaran generasi muda dalam berbahasa Indonesia. Melalui tugas sekolah dan program pembiasaan bahasa Indonesia yang baku, sekolah dapat berperan serta membangun kesadaran siswa. Hal ini juga harus ditunjang dengan tindakan aktif masyarakat dan pemerintah, antara lain melalui penyelenggaraan seminar penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda Indonesia akan penggunaan bahasa Indonesia.
Kedua, meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda Indonesia. Kecintaan akan bahasa Indonesia berpangkal pada rasa nasionalisme yang dimiliki oleh para generasi muda Indonesia. Mengapa demikian? Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan seperti yang telah diikrarkan oleh pemuda Indonesia pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yakni “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Rasa nasionalisme yang tinggi secara tidak langsung akan menuntun generasi muda untuk mencintai, dan selanjutnya menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, menciptakan pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan minat dalam mempelajari bahasa Indonesia adalah suasana belajar. Suasana belajar yang menyenangkan harus diciptakan melalui berbagai cara, antara lain: pembelajaran di luar ruangan (out door), pembelajaran berbasis media (misalnya: film, musik), atau variasi permainan yang fun namun “mengena”.
Keempat, memupuk kebanggaan dengan memperkenalkan bahasa Indonesia di dunia internasional. Kegiatan pertukaran pelajar menjadi salah satu sarana “mempromosikan” keindahan bahasa Indonesia di mata dunia. Melalui berbagai ajang pertemuan luar negeri, bahasa Indonesia “dipamerkan” sebagai identitas bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah kebanggaan. Tidak pantas jika generasi muda, pemilik bahasa Indonesia, malu menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia timbul untuk mempersatukan bangsa. Bahasa Indonesia adalah wujud tekad dan semangat untuk meningkatkan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Untuk itu, generasi muda menjadi tonggak untuk kembali mengokohkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Satukan tekad, satukan niat, bahasa Indonesia berjaya!



Kami tulis dengan hati kami untuk Indonesia dan bahasa Indonesia

0 comments: